.

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim
In the name of God that most gracious most merciful

Friday 11 July 2008

Sebuah Nama

Nama diberikan seorang bunda dengan penuh cinta teriring doa untuk sang ananda.

Kata " apalah arti sebuah nama " merupakan kalimat yang sangat keliru, karena bagi orang tua ketika memberikan nama atau panggilan kepada keturunannya mesti merupakan kata yang mempunyai makna, arti tertentu. Jarno merupakan salah satu nama yang umum di Jawa seperti Siti, Sugeng, Budi atau yang lain.

Ada satu kelompok siswa dalam satu lingkaran yang sedang berdiskusi tentang nama tersebut.
"Jarno demikian namaku, " dia yang mempunyai nama Jarno mulai bercerita dengan kerling menawan.
"Jarno itu nama pasaran, segudang yang pake nama itu," salah seorang temannya menimpali.
"E.... Jangan sembrono. Kuwalat nanti," si Jarno melotot dan melanjutkan kalimatnya.
"Bundaku adalah seorang ibu yang berpandangan jauh kedepan,demikian dengan ibunda-ibunda lain yang menamakan putranya J a r n o " dia melanjutkan cerita sambil menaikkan kakinya, bersila diatas bangku. Perawakannya yang kecil, berkacamata memang memiliki kecerdikan dan kepintaran lebih dibanding teman-temannya. Dia menggerak-gerakkan tangannnya mengikuti mimik mukanya sebagai pusat perhatian gerombolan lingkaran di kelas itu. Teman-temannya semua melongo seperti biasa ketika dia mencoba menarik perhatian.
"Bukankah Jarno itu berarti biar, contohnya jarno ae.. maka ....artinya biarkan saja. dan jarno dalam bahasa jawa juga bersinonim dengan ben ! " Mantap sekali dia mengahkiri kalimatnya mengucapkan huruf n dengan fasihnya. Ben disini mengucapkan e nya seperti pada suku pertama kata bendi, benteng, jadi bukan seperti e pada Sabeni ayahnya si Dul atau bendera.
"Dan... bukankah Ben itu nama bule ??? o.... bundaku.... ternyata memberi nama yang cukup keren. Jadi..... dengan senang hati saya tidak menolak kalau dipanggil dengan B e n " semangat sekali dia berpidato.
"O... begitu rupanya ... emang selamatannya kapan ??? bolehlah kemudian kita panggil dengan B e n da bendi he he.... " salah seorang dari kelompok nyelethuk.
" Ha ha ... " kompak tawa pendengar disekitar nya. 
Ya... benda bendi adalah permainan bocah ketika suit main petak umpet atau menentukan giliran dengan mengangsurkan tangan tergenggam kedepan dalam satu lingkaran, kemudian salah seorang dari kelompok lingkaran akan memukulkan genggaman tangannya ke genggaman tangan yang terulur dengan nyanyian yang dimulai dengan kalimat tersebut.
" Ha ha... " dia mengikuti ketawa teman-temannya sambil nyengir.
Ide itu hanya sampai disitu, tidak ada yang memanggil dirinya dengan penggilan keren yang kebule-bulean itu.

Lain cerita dengan mahasiswi-mahasiswi yang sedang KKN di desa Gabel, Ponorogo. Gadis-gadis dari kota tersebut dengan senang hati memanggil si Jarno dengan B e n . Dan yang bersangkutan dengan girang kemalu-maluan menerima nama barunya.
Sebetulnya nama ini diberikan karena supaya mereka bisa bebas memebicarakan si anak yang rajin membantu orang tuanya menggiring sapi ke sungai. Sehingga tidak kentara sekali bahwa si Jarno .. Jarno Jar .... disebut sebut terus dirumah pondokan mereka, mereka malu dan risih, karena si perjaka adalah kemenakan ibu Lurah yang bertempat tinggal di belakang rumah. Si anak telah mendapat peringatan dari bu Lurah untuk tak berakrab-akrab dengan orang kota karena tidak pantas, padahal mahasiswi-mahasiswi tersebut butuh pendamping, penunjuk jalan jika keliling desa melaksanakan kegiatan program KKN. Dan.... si anak lelaki dengan gembira memberikan bantuan tidak begitu mempedulikan larangan bibinya.

(sepenggal cerita era 1988)

No comments:

Post a Comment